THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Daisypath Anniversary tickers

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Senin, 05 April 2010

more than a cure for my disease

Tadi pagi, waktu upacara bendera hari Senin, ketika pembacaan janji siswa, tiba-tiba perlahan, hirupan nafas saya jadi sulit, dan keringat dingin. Berat sekali rasanya hanya untuk sekedar menarik oksigen. Saya menoleh ke belakang. Belum sempat saya menyelesaikan kalimat saya pada Ina dan Mayang “Na, anjing dah gue sesek..”. rapid berteriak dari belakang “yu lo pucet bego!”. Dan semua yang di barisan belakang serta merta menoleh pada saya. Pandangan saya jadi berbayang dua. Sempat saya dengar suara “yu lo kenapa?” tapi saya sudah tidak kuat untuk menjawab suara siapa itu, kalau tidak Astri ya, Shelma paling. Di UKS saya cuma terduduk diam di pojokan. Harusnya mungkin saya minta maaf pada adik kelas yang menjaga UKS. Karna saya menjawab pertanyaan mereka dengan ketus. Ya jelas, nafas saja susah pake ditanya-tanya segala..seingat saya mereka bertanya,
“namanya siapa kak?”
“dwi ayu”
“kelas berapa ya kak?”
“dua belas ipb”
“sakit apa kak?”
“sesek..”
“oh.. punya asma ya kak? Dadanya sakit?”
“gatau, iya sakit”
“mau minum teh anget nggak kak?”
“terserah..”
Hmm.. kalau saya yang jadi adik kelasnya waktu itu sih pasti sekut juga, udah diurusin malah jutek begitu.. hehe.
Lalu Bagus datang, menengok, mengantar sampai kelas. Dan ketika di kelas dia memperhatikan saya yang tersengal-sengal mengatur nafas. Dia berdiri di depan saya,
“masih sakit?”
Saya hanya mengangguk.
Saya minum lagi air mineral dari botol, masih sesak.
“kamu jangan sakit lagi ya..”
“kenapa emang? Kan bukan aku yang mau..”
“kalo kamunya sakit, aku bingung harus ngapain”
Kedua pipi ku ditekan telapak tangannya. saya diam saja. lalu ia pergi. Setelah pratek bahasa jerman, saya dan Astri sempat makan nasi imeh di kelas, dan minum lemon tea. Setelah itu aku pipis ke kamar mandi, dan ketika selesai menapaki anak tangga di dekat kelas kami. Nafas ku sesak lagi. Sesampainya di perpustakaan, dia membelikan saya sebotol air mineral lagi. Duduk di sebelah saya menemani menulis resensi film untuk praktek sastra indonesia.
“aku mau pipis..”
“mm... boleh ikut nggak? Hehehehehe..”
“gue tampol mau? Ha?”
Aku merasa aneh sesusah dari kamar mandi. Ketika melihat ke kaca, telinga ku merah lagi. Rasanya kali ini lebih parah dari alergi yang waktu itu. Mata ku berkaca-kaca, aku keringat dingin. Ia panik.
“aku anter pulang ya?”
“terserah,”
Aku berlari ke kamar mandi lagi. Rasanya dunia mulai berputar cepat. Aku sempat bertemu Dika, sahabatnya di depan perputakaan, ada Neng Cantik juga. Dika tersenyum pada ku. Tapi aku tak sempat membalas. Sekujur tubuh ku sudah gemetaran, detak jantung ku terasa cepat, dan lemas, kepala ku serasa ditusuk-tusuk ribuan paku. Aku mengambil tas ku dan keluar lagi, ia menyusul ku, sampai ke meja piket. Sialnya di meja piket tak ada guru sama sekali. Kepala ku rasanya mau pecah.
“ada gurunya nggak?”
“gatau..”
“sama frau aja yang..”
Perut ku mual, rasanya semua isinya ingin keluar, aku berlari lagi ke kamar mandi seraya berteriak, “tolong izinin yang, aku mau ke kamar mandi”
Aku berlari secepat mungkin. Rasanya sudah tak karuan. Aku menangis di kamar mandi. Ia mencari ku, mengsms ku, Ajeng sempat menghubungi hp ku. Aku tidak kuat. Aku sudah tidak tahan. Lalu ku dengar suara mayang memanggil dari luar.
“ayuuuuuuuuuu...”
Di ikuti suaranya yang sedang mencari ku,
“di kamar mandi may?”
“iya di dalem Gus”
Aku keluar, mengambil tas, denagn banyak mata yang menatap wajah aneh ku saat itu. Ternyata ia sudah mengambilkan lembaran panjang dari piket.
“minta tanda tangan dulu sana..”
“iya..”
Ia mengikuti ku di lorong sekolah.
“kamu taro itu di piket.. aku ambil motor ya..”
“cepetan.. aku udah ga kuat yang..”
Ia berlari kecil menembus cuaca yang saat itu sedang gerimis kecil. Menyalakan motornya. Sempat ku lihat segerombol teman-teman Neng Cantik, mungkin juga ada dia disana, mereka menatap ku aneh. tapi aku sudah tak peduli. Aku sudah tak sanggup berjalan. Di jalan ia sempat menoleh ke belakang .
“sabar ya..”
“iya cepetan..”
“kamu makan apa sih tadi..??”
“ga usah nanya-nanya!! Kamu jalan aja cepetan aku udah ga kuat yang!”
“iya iya..”
Maaf ya Teng, udah di perhatiin aku malah bentak kamu. Tapi aku bersyukur punya pacar yang meskipun bajingan, tapi kamu sabar nurutin aku yang galak dan ga tau terimakasih ini. Kamu baik banget hari ini, dan sabar banget ngadepin aku yang rewel dan penyakitan..

0 komentar: